Bencana yang paling dahsyat adalah godaan syaitan, bukan karena dorongan nafsu, karena syaitonlah yang menghiasi kejelekan terhadap jiwa, dengan hiasan tersebut ia menggoda, serta mengingatkan akan segala kebaikan; yang memberikan manfaat tanpa mudorot, seperti yang di perbuat oleh iblis terhadap adam dan hawa’ Allah berfirman: Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata:


فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا آدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَىٰ شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَّا يَبْلَىٰ

فَأَكَلَا مِنْهَا فَبَدَتْ لَهُمَا سَوْآتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِن وَرَقِ الْجَنَّةِ ۚ وَعَصَىٰ آدَمُ رَبَّهُ فَغَوَىٰ

"Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa? Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia(taha:120-121).
فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطَانُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وُورِيَ عَنْهُمَا مِن سَوْآتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَٰذِهِ الشَّجَرَةِ إِلَّا أَن تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ
Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera” (an Nisa’: 17).
Dan firman Allah ta’ala:
وَإِذَا جَاءَكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِنَا فَقُلْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ ۖ كَتَبَ رَبُّكُمْ عَلَىٰ نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ ۖ أَنَّهُ مَنْ عَمِلَ مِنكُمْ سُوءًا بِجَهَالَةٍ ثُمَّ تَابَ مِن بَعْدِهِ وَأَصْلَحَ فَأَنَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah: "Salaamun alaikum[476]. Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang[477], (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan[478], kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”(al-an’am:54).
Maka dari itu dapat di ketahui bahwa setiap perbuatan buruk adalah suatu kebodohan, karena sesungguhnya setiap perbuatan buruk itu senantiasa didampingi oleh kebodohan.
Abul aliyah berkata: “saya bertanya pada para sahabat nabi tentang ayat ini: 
إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللَّهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِن قَرِيبٍ فَأُولَٰئِكَ يَتُوبُ اللَّهُ عَلَيْهِمْ ۗ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera” (an Nisa’: 17).
Maka mereka berkata”setiap yang berma’siat pada Allah adalah orang jahil, barang siapa yang bertaubat sebelum meninggal, maka ia telah di ampuni sebelum ia meninggal.”
Qotadah berkata:”telah sepakat para sahabat Muhammad rasulillah sallallahu alaihi wa sallam bahwasannya setiap orang yang berma’siat pada Allah maka orang tersebut dalam kejahilan, apakah karena kesengajaan ataupun tidak, setiap orang yang berma’siat maka dia adalah orang jahil, demikian pula pendapat para tabi’in setelah mereka.”
Mujahid berkata: barang siapa yang melakukan dosa baik yang tua maupun muda, melainkan dia dalam keadaan jahil.
Dan Beliau juga berkata: barang siap yang berma’siat maka ia jahil sampai ia meninggalkan maksiatnya.
Dan Beliau juga berkata: maksiat mengarah pada kejahilan yang di sengaja.
Ditempat lain beliau juga berkata: barang siapa yang melakukan kejelekan dengan salah atau dosa dengan sengaja, maka ia jahil sampai ia meninggalkan maksiat tersebut.
Telah di riwayatkan dari Mujahid dan ad-dhohak berkata: “bukanlah kejahilan karena tidak mengetahui halal atau haram, akan tetapi kejahilan aalah yang terjerumus pada lubang kemaksiatan.”
Dan Ikrimah berkata: dunia semuanya adalah kejahilan.
Hasan al-basri pernah ditanya tentang sebuah ayat, beliau berkata: “mereka adalah kaum yang tidak mengetahui apa-apa yang di tetapkan atas mereka”, di katakan pada beliau: apa pendapatmu jika mereka sudah mengetahui? Beliau berkata: hendaknya mereka keluar darinya karena sesungguhnya ma’siat itu kejahilan.
Saya berkata: dari penjelasan diatas Allah berfirman:
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
sesungguhnya yang takut pada Allah adalah para ulama(fatir:28). 
Dan setiap orang yang takut kepadanya, dan mentaatinya, dan meninggalkan maksiat pada Allah maka ia adalah orang yang berilmu, sebagaimana yang telah difirmankan Allah ta’ala:
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ
(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" .(az-zumar:9).
Seorang laki-laki pernah datang pada asya’bi dan berkata:“wahai orang alim (orang yang berilmu)”, maka asya’bi menjawab: sesungguhnnya orang alim adalah ayng takut pada Allah.
Dan Allah berfirman: 
 sesungguhnya yag takut pada Allah adalah para ulama” (fatir:28).
ayat tersebut menuntut bahwa setiap yang taku pada Allah adalah alim, karena tidak ada orang yang takut pada Allah melainkan orang yang alim, juga ayat tersebut mengandung tuntutan bahwa orang alim adalah yang takut pada Allah, sebagaimana yang di katakana oleh orang salaf.
Ibnu mas’ud berkata: “cukuplah takut kepada Allah itu di katakan ilmu, dan cukuplah tipuan itu di katakan jahil.
Dan Semisal pembatasan ini menjadi dua arah, batasan pertama pada batasan ke dua yaitu terusir, dan batasan kedua pada pertama terdapat pada ayat: 
إِنَّمَا تُنذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمَٰنَ بِالْغَيْبِ ۖ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَأَجْرٍ كَرِيم
Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan yang Maha Pemurah walaupun Dia tidak melihatnya.”(yasin:11).
Dan firman-Nya:
إِنَّمَا يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا الَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِهَا خَرُّوا سُجَّدًا وَسَبَّحُوا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ
تَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ ۩
  “Sesungguhnya orang yang benar benar percaya kepada ayat ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat ayat itu mereka segera bersujud[1192] seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong, lambung mereka jauh dari tempat tidurnya” (as-sajdah: 15-16).



Maka dari itu Allah telah menetapkan rasa takut itu hanya untuk ulama, dan menafikan dari yang selain mereka, ini seperti halnya pengecualian, sesungguhnya hal tersebut merupakan peniadaan penetapan dari kalangan jumhur ulama, seperti perkataan kita (laailaahaillallaah). 
Apabila ilmu mengharuskan adanya takut dan berkonsekwensi pada amal kebaikan dan meninggalakn ma’siat, setiap yang ma’siat adalah jahil bukanlah kesempurnaan ilmu, maka jelaslah bagi kita bahwasannya poros dari segala kejelekan adalah kejahilan dan tidak berilmu. 1



1 Ibnu taimiyyah al-Hasanatu wassayyiatu (59), lihat dzammul jahli, Muhammad bin Sa’id bin Ruslan, bab bayaanu jahlil amal

TERJEMAH KITAB


JUDUL BUKU : AL-ILMU WAL AMAL
KARYA : MUHAMMAD SA’ID RUSLAN
HAL : 94 - 99

DITERJEMAHKAN OLEH:


NAMA :SYI’ARUL ILMI
NIM :(2010120020059)
SEMESTER :III/B
TAHUN AJARAN :2011/2012

 


 

Leave a Reply

Posted by uluumun

KEBERKAHAN HARTA DITANGAN ORANG SHALIH

Manfaat harta yang bersih dan halal di tangan orang shalih sangat banyak. Ibarat pohon kurma yang tidak menyisakan bagian sedikit pun, melainkan seluruhnya bermanfaat untuk manusia, sehingga tidak ada alasan bagi seorang muslim yang ingin meraih hidup bahagia di dunia dan akhirat untuk bermalas-malasan dan berpangku

Posted by uluumun

ROKOK DALAM TIMBANGAN SYARIAT ISLAM

Benda yang satu ini, meski kecil ukurannya, namun mengandung berbagai zat dan racun yang amat berbahaya bagi manusia. Tapi anehnya,